Senin, 21 Februari 2011

Aku Cinta Produk Indonesia


Oleh : Prastiyo | 21-Jun-2008, 00:35:57 WIB

KabarIndonesia - Aku cinta produk Indonesia. Inilah jargon yang harus selalu dikobarkan untuk membangkitkan ekonomi kita yang sedang lesu.

Kita tahu, sebagai konsekwensi mengikuti "pasar bebas" karena globalisasi maka banjir produk luar negeri tak terhindarkan lagi. Membanjirnya produk luar negeri tentu saja membawa dua akibat penting; positif dan negatif. Positifnya adalah pilihan produk semakin banyak, persaingan akan meningkatkan daya kompetitif bagi produk lokal. Negatifnya tentu [kalau tidak hati-hati] akan mematikan produk lokal, meningkatnya mental konsumen impor dan yang paling parah adalah membanjirnya pengangguran dan berubahnya kita menjadi bangsa kuli.

Untuk itu, perlu langkah-langkah luas yang meliputi moral, politik dan ekonomi agar globalisasi bukan hanya membawa kutukan tetapi juga berkah. Secara moral, semua aparatur pemerintah harus memprioritaskan penggunaan produksi dalam negeri. Secara politik, semua aparatur pemerintah mendorong, mengembangkan dan melindungi [berpihak] pada produk dalam negeri lewat undang-undang dan keputusan politik. Secara ekonomi, para pelaku bisnis harus saling bahu membahu mendorong rakyat memprioritaskan produknya sendiri.

Karena alasan tersebut, pemerintah harus mulai mengubah arah kebijakan ekonomi yang terlalu pro-pasar [liberalisasi dan prifatisasi] ke arah pro-rakyat [realokasi dan kemitraan]. Perubahan paradigma demokrasi liberal ke demokrasi ekonomi. Dari demokrasi yang memiskinkan ke demokrasi yang menyejahterakan. Dari ekonomi "berkelian" yang utopis ke ekonomi pemerataan yang realistis. Sebab, dalam demokrasi ekonomi, terdapat paling sedikit dua prasyarat pokok yang sangat penting bagi kemajuan ekonomi rakyat. Pertama, adalah tujuannya yaitu kemakmuran seluruh rakyat. Ini yang membedakannya dengan tujuan ekonomi kapitalis yang mementingkan keuntungan kelas elit dan menggunakan pendekatan teori "menetes" bukan merata. Kedua, adalah perlunya keterlibatan dan partisipasi rakyat banyak baik dalam proses produksi maupun dalam menikmati hasil-hasilnya. Inilah ciri khas demokrasi ekonomi sebagai tujuan suci demokrasi Pancasila.

Kedua prasyarat pokok tersebut menentukan sifat dari alokasi sumber daya. Sifat pertama adalah adanya suatu mekanisme untuk mempertinggi kemakmuran. Kedua, adalah adanya suatu mekanisme agar penguasaan faktor produksi lebih tersebar kepada seluruh rakyat. Dua hal inilah yang menentukan derajat pendemokrasian ekonomi [dalam hal ini demokrasi yang memihak rakyat banyak].

Di atas segalanya, demokratisasi ekonomi yang pro-rakyat akan terimplementasikan dengan baik jika dilakukan dengan rangkaian strategi yang khas. Strategi tersebut, antara lain meliputi: (1) Strategi pemasaran lewat distribusi demokratis; (2) Strategi realokasi aset guna memperkuat basis ekonomi rakyat; (3) Strategi penciptaan sistem kemitraan usaha dalam memasuki persaingan pasar; (4) Strategi cinta produksi dalam negeri dan penggunaannya sehari-hari.

*****

Kita tahu bahwa penggunaan produksi dalam negeri sebagai upaya penguatan ekonomi adalah upaya politik. Yaitu upaya yang dilakukan secara kuat oleh pemerintah dengan cara membuat kebijakan yang mendorong, melindungi dan mengembangkan proses produksi tersebut. Tanpa campur tangan pemerintah, niscaya produk-produk dalam negeri akan sulit bersaing dengan produk luar negeri yang sudah lebih dulu mapan.

Tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh pemerintah agar produksi dalam negeri dicintai adalah dengan menggerakan loyalitas konsumen dalam negeri untuk produksi dalam negeri. Sebab, ujung dari strategi penguatan dan peningkatan produksi dalam negeri adalah "gemar produk Indonesia." Gerakan loyalitas produk dalam negeri dapat memulainya dengan kampanye, iklan, publik figur, modelling, dan penguatan [reinforcment].

Kampanye menjadi penting karena sebaik apapun kualitas suatu produk akan mubazir tanpa dikampanyekan penggunaan dan manfaatnya buat konsumen. Kampanye ini harus tetap dan stabil dengan menggunakan metode iklan yang bagus dan menyenangkan/menarik konsumen. Publik figur juga penting karena menentukan arah dan kehendak pasar. Semakin banyak publik figur yang menggunakan produk dalam negeri akan semakin banyak yang mengikutinya. Sebab, proses mengikuti dan meniru adalah perilaku modelling dari masyarakat pada umumnya terhadap idola atau tokoh-tokoh yang sering dilihatnya. Sedangkan penguatan diperlukan agar apa yang sudah berkembang dapat ditingkatkan menjadi "tradisi." Ditradisikan artinya diulang-ulang karena dianggap bernilai oleh konsumen. Penguatan ini dapat dilakukan dengan memberi reward [hadiah] dan penghargaan-penghargaan pada konsumen.

Semua strategi di atas akan membuat produsen lokal semakin percaya diri mengembangkan produksinya karena hasilnya "laku" di pasaran. Sebab, laku tidaknya suatu produk sangat mempengaruhi motivasi produsen dan mampu menjadi daya serap tenaga kerja. Jika gerakan ini dilakukan dengan baik, maka sebenarnya sudah tersedia pasar yang cukup besar bagi seluruh hasil produksi. Misalnya hasil produk-produk pertanian. Sekitar 250 juta penduduk Indonesia merupakan potensi pasar yang bisa digali dalam upaya membangkitkan daya saing ekonomi rakyat. Data yang disampaikan Majalah Economist [2004] memperlihatkan bahwa Indonesia sebagai negara agraris adalah pengimpor besar produk pertanian.

Tentu saja upaya mencintai produk dalam negeri sebagai upaya meningkatkan daya saing produksi dalam negeri bukanlah sesuatu yang mudah. Tetapi dapat dimulai dengan meningkatkan kwalitas, membuat pemasaran yang terpadu, dan meningkatkan daya saingnya. Kuncinya terletak pada komitmen pemerintah dan kita semua untuk membangkitkan rasa percaya diri dan rasa memiliki sebagai bekal menghadapi daya saing yang lebih tinggi [globalisasi]. Dengan komitmen yang tinggi dari semua pihak, produksi dalam negeri pasti akan menjadi kunci bagi pertumbuhan bahkan penguatan dan stabilisasi ekonomi negara kita.[*]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar